Menyesal Setelah Menghukum Anak? Ini Cara Agar Anak Disiplin

menghukum anak 2

Kadangkala orang tua tidak mampu menahan emosi menghadapi kenakalan sikecil. Emosi sesaat seringkali menjadi alasan untuk menghukum anak. Apa yang didapat? yang didapat justru penyesalan.

Hati seorang ibu yang lembut pasti merasa bersalah pada anak.

Anak – anak adalah anak-anak.

Kadang lucu dan menggemaskan, kadang menguji kesabaran kita sebagai orang tua dengan berbagai kenakalan dan keusilannya.

Tatkala anak berbuat kesalahan, beberapa orang tua seringkali mengambil sikap yang berbeda.

Tipe orang tua yang bagaimanakan anda?

Langsung memarahinya atau membiarkannya karena khawatir anak – anak membenci anda?

Bagaimana Cara Menghukum Anak Yang Benar?

Menghukum Anak
Menghukum Anak | Gambar oleh Ulrike Mai dari Pixabay

Orang tua merupakan kiblat bagi anak. Apa yang orang tua lakukan akan dilakukan anak juga. Oleh karenanya, perlu menjadi bijak sebagai orang tua.

Sikap orang tua yang terlalu otoriter dan galak mungkin akan membuat anak-anak menurut, namun bisa jadi anak-anak tumbuh menjadi anak yang takut bercerita tentang masalahnya karena takut dimarahi.

Bisa juga anak tumbuh menjadi anak yang penurut didepan anda, namun dibelakang ia justru membangkang.

Namun, jika anda terlalu longgar dengan memanjakan dan membiarkannya begitu saja, anak bisa tumbuh menjadi anak yang tidak bertanggungjawab dan egois. Jadi, mendisiplinkan anak sangat perlu.

Tips Menghukum Anak dengan Bijak Tanpa Sesal

Ada baiknya orang tua menentukan sikap bagaimana cara menghukum anak agar anak lebih disiplin.

Selain itu, orang tua juga tidak merasa menyesal telah menghukum anak.

Berikut beberapa tips menghukum anak yang bisa anda coba:

1. Tetapkan aturan dan konsisten

Buatlah aturan yang jelas
Aturan yang jelas | Gambar oleh Catkin dari Pixabay

Buatlah aturan yang jelas sejak awal. Berlakukan pada semua anggota keluarga dirumah.

Pastikan semua keluarga menaati dengan konsisten tanpa tawar menawar dan selalu dijalankan, tidak boleh kadang dilakukan kadang tidak.

Jika anak melanggar peraturan dan anda tidak menghukumnya karena anda lelah atau karena ia baru saja melakukan hal baik, maka ia akan berfikir ia bisa melakukannya lagi tanpa hukuman.

2. Tidak ada “Good cop, Bad cop”

Anda dan pasangan adalah tim yang harus bekerja sama
Anda dan pasangan harus bekerja sama | Gambar oleh serrano1004 dari Pixabay

Anda dan pasangan adalah tim yang harus bekerja sama dan satu pemahaman dalam menentukan peraturan.

Strategi yang digunakan polisi tatkala mengintrogasi tersangka tidak dapat diterapkan di dalam keluarga.

Sebagai tim, anda harus kompak dalam menentukan sikap. Jangan sampai ayah terlalu keras terhadap anak, namun ibu  terlalu memanjakan.

Pasalnya, jika demikian anak memiliki kecenderungan takut terhadap salah satu pihak namun manja terhadap yang lain. Tak hanya itu, anak-anak juga tidak akan patuh pada peraturan dirumah karena orang tua tidak sepaham.

3. Tenangkan diri dulu sebelum memberi hukuman

jangan sampai membentak anak
jangan sampai membentak anak | Gambar oleh Robin Higgins dari Pixabay

Saat anak berbuat nakal, orang tua bisa dengan mudah terpancing emosi, terlebih jika anda juga telah kelelahan dengan kesibukan rumah atau pekerjaan.

Namun, perlu anda ingat, jangan sampai membentak anak dengan kata-kata yang bisa membuatnya trauma. Jika anda mulai merasa kehilangan kesabaran, sebaiknya menjauh dulu untuk memenangkan diri.

Ambil nafas panjang. Baru kembali pada anak untuk bicara dengan baik.

4. Beri semangat ketika ia melakukan hal baik

berikan ia pujian dan semangat jika ia bisa berbuat baik
berikan ia pujian dan semangat jika ia bisa berbuat baik

Seperti halnya jika anda menghumum anak saat berbuat nakal, berikan ia pujian dan semangat jika ia bisa berbuat baik.

Misalnya, jika anak mau membereskan mainanya sendiri atau membantu ibu mencuci piring.

Namun, jangan memberi hadiah pada anak berupa uang.

Pasalnya ia akan terbiasa disogok.

Pujian, kecupan atau sekedar jalan-jalan diluar rumah sudah menjadi reward yang berkesan untuk anak.

5. Anak tidak belajar dengan cepat; bersabarlah

Anak tidak belajar dengan cepat; bersabarlah
Anak tidak belajar dengan cepat; bersabarlah | Gambar oleh lisa runnels dari Pixabay

Jangan berharap anak langsung menuruti dan mengerti setelah diberitahu atau dimarahi.

Jangan sampai melontarkan kata “Harus berapa kali Mama bilang..”.

Ulangi instruksi anda dan berikan contoh yang baik sampai anak mengerti mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

6. Jadi role model yang baik

Anak-anak merupakan foto copi kita
Anak-anak merupakan foto copi kita | Gambar oleh 5540867 dari Pixabay

Ini poin paling penting dalam mendidik anak. Anak-anak merupakan foto copi kita. Anak – anak lebi melihat tindakan kita daripada mendengar larangan kita.

Jika mereka sering melihat kita marah terhadap hal-hal sepele, maka anak-anak juga lebih sering tantrum jika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

Jika anda ingin anak anda menjadi anak yang hebat, bertanggung jawab, dandisiplin, pastikan Anda juga sudah seperti itu!

7. Jangan beri hukuman berat

"<yoastmark

Jangan menghukum anak dengan hukuman yang berat.

Poin penting dalam menghukum anak adalah ia mengerti konsekuensi apa yang ia lakukan.

Intinya adalah komunikasi anda dan anak mengapa apa yang dilakukan anak itu salah, kenapa anak dihukum. Anak juga harus paham bahwa ia tidak lagi boleh melakukannya lagi.

Contoh hukuman yang sederhana misalnya ketika ia memberantakkan mainannya di ruang tamu dan tidak maumerapikannya lagi, Anda membereskan semua dan menyimpannya di kamar Anda, tidak boleh dimainkan dalam jangka waktu tertentu.

Baca juga : 10 Cara Membantu Anak Menangani Stres di Sekolah

afiliasi shopee




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*