Pernikahan

Busana Pengantin Gaya Solo, Ini Jenisnya

Busana pengantin tradisional tak kalah menawan dengan gaya modern. Salah satunya adalah pengantin Jawa gaya Solo atau Surakarta. Tidak hanya indah, busana gaya Surakarta ini juga memiliki nilai filososi tinggi.

Busana pengatin gaya Solo ini memang terinspirasi oleh busana raja dan bangsawan Keraton Kasunanan Surakarta serta Istana Mangkunegaran. Kesan sederhana, anggun, tapi agung menjadi ciri khas dari busana gaya Surakarta ini.

Ada dua gaya busana untuk pengantin Jawa Solo, yaitu busana Solo Putri dan Solo Basahan.

Busana Solo Putri

Busana dan rias pengantin Solo Putri dari Surakarta foto donjuanfotocom

Busana dan rias pengantin Solo Putri | foto donjuanfoto.com

Pada busana pengantin Solo Putri, busana wanita menggunakan kebaya dan kain batik. Mempelai putri menggunakan kebaya dari beludru warna hitam, hijau, biru, merah, ungu atau coklat. Bahan beludru menambah kesan glamor dan elegan bagi sang pengantin. Kebaya yang digunakan adalah kebaya panjang hingga lutut, dan pada bagian depan memakai Kutu Baru dengan bros renteng atau susun tiga.

Sementara untuk bawahan adalah kain batik dengan motif khusus seperti Sido Mukti, Sido Mulyo ataupun Sido Asih.  KAin batik tersebut diwiru atau dilipat pada bagian depan kain yang jumlahnya bisa 9, 11 atau 13 lipatan. Sebagai pelengkap busana, selop juga terbuat dari bahan beludru dengan warna senada dengan kebaya pengantin.

Sentuhan modifikasi pengantin Solo Putri dapat dilihat dari gaya berbusana yang menggunakan kebaya panjang lace. Mulanya hanya kebaya panjang lace warna putih, namun sekarang banyak pengantin Solo Putri menggunakan kebaya lace aneka warna.

Untuk pengantin pria mengenakan beskap Langenharjan. Kemeja berkerah dan bermanset yang dipadu dengan batik bermotif sama dengan pengantin wanita. Motif batik yaitu Sido Mukti, Sido Mulyo atau Sido Asih. Pengantin pria memakai blangkon dan batik wiron.

Perhiasan yang dikenakan pengantin pria berupa bros yang dipakai pada kerah dada sebelah kiri. Selain itu juga memakai kalung Karset atau Kalung Ulur dengan bros kecil di bagian tengah yang disebut Singetan. Ujung karset ditarik ke kiri dan diselipkan pada saku beskap sebelah kiri. Di bagian pinggang, terdapat sabuk dan Boro yang terbuat dari bahan cinde

Sebagai lambang kegagahan, pengantin pria mengenakan keris berbentuk Ladrang dengan Bunga Kolong Keris. Keris Ladrang diberi ukiran di tangkai yang disebut Pendok dan diberi perhiasan berbentuk lngkaran bulat seperti cincin yang disebut Selut dan Mendak. Keris ini diselipkan di bagian belakang sabuk. (baca juga : Busana dan Rias Pengantin Jawa Solo Putri)

Busana Pengantin Solo Basahan

foto Busana dan Rias Pengantin Solo Basahan fresh photography

Busana dan Rias Pengantin Solo Basahan | Foto by : fresh photography

Solo Basahan berupa dodot atau kampuh dengan pola batik warna gelap bermotif alas-alasan (binatang) dan tetumbuhan hutan. Kini, pilihan motif dan corak warna dodot makin beragam. Namun, pilihan motif batik kain dodot tetap berpegang pada filosofi derajat mulia yang layak dikenakan pasangan pengantin.

Makna dari busana basahan adalah sebagai lambang berserah diri kepada Tuhan akan perjalanan hidup mendatang. Busana basahan mempelai wanita berupa kemben sebagai penutup dada, kain dodot atau kampuh, sampur atau selendang cinde, sekar abrit (merah) dan kain jarik warna senada, serta buntal berupa rangkaian dedaunan pandan dari bunga-bunga bermakna sebagai penolak bala.

Sedangkan untuk basahan pengantin pria berupa kampuh atau dodot bermotif sama dengan mempelai wanita, kuluk sebagai penutup kepala, stagen, sabuk timang, epek, celana cinde sekar abrid, keris warangka ladrang, buntal, kolong keris, selop dan perhiasan kalung ulur.

Busana Sikepan Ageng atau Busana Solo Basahan Keprabon merupakan salah satu gaya busana basahan yang kental dengan tradisi para bangsawan dan sampai saat ini masih banyak diminati.

Dalam gaya busana ini, mempelai pria mengenakan kain dodotan dilengkapi dengan baju Takwa, yakni semacam baju beskap yang dulu hanya boleh dipergunakan oleh Ingkang Sinuhun (raja).

Sementara untuk mempelai wanita mengenakan kain kampuh atau dodot dilengkapi dengan bolero potongan pendek berlengan panjang dari bahan beludru sebagai penutup pundak dan dada. (Baca juga : Busana dan Rias Pengantin Solo Basahan)

1 Comment

1 Comment

  1. Musthafa Kamal

    26 November 2015 at 11:44

    Di tempat kami jg sering di pake pakaian adat solo sebagai busana alternatif pasangan pengantin…pastinya dgn modifikasi agar lebih islami…

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top