Balai Agung, Produsen Wayang Kulit Di Keraton Solo

Balai Agung Solo dikelnal telah lama menjadi produsen wayang kulit. Sejak tahun 80-an tempat ini menjadi satu-satunya produsen wayang kulit di Keraton Kasunanan Surakarta. Berawal dari Sihhanto yang melihat peluang tentang kerajinan wayang kulit serta keinginannya untuk melestarikan budaya keraton, maka berdirilah Balai Agung yang berlokasi di Alun-Alun Utara Surakarta.

Wayang Solo sendiri terdiri dari enam jenis, yakni Wayang Purwo, Wayang Madya, Wayang Gedhog, Wayang Klithik, Wayang Mena, dan Wayang Beber. Penjenisan wayang ini dibedakan menurut cerita atau lakon yang dibawakan oleh wayang.

“Wayang Purwo menceritakan tentang kisah Mahabarata dan Ramayana, Wayang Madya berkisah tentang Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang, Wayang Gedhong tentang Babat Kediri, Wayang Mena dengan kisah dari Arab, Wayang Klithik merupakan wayang yang terbuat dari kayu, dan Wayang Beber yang merupakan wayang yang terbuat dari kain,” jelas Sihhanto, seperti yang dilansir dari terasolo.com (28/01/2013).

Balai Agung Keraton Kasunanan Surakarta
Balai Agung Keraton Kasunanan Surakarta/Sumber

Proses Pembuatan

Natah merupakan proses pemahatan atau pengukiran ornamen-ornamen wayang pada kulit yang telah diproses sebelumnya. Sedangkan sungging adalah proses pewarnaan pada wayang yang telah ditatah. Sebagai bahan produksinya, Balai Agung membuat wayang kulit yang terbuat dari kulit kerbau dari Nusa Tenggara. “Kami menggunakan kulit kerbau karena kulit ini merupakan kualitas terbaik untuk membuat wayang kulit,” ujar Sihhanto.

Dalam proses pembuatannya, wayang kulit membutuhkan waktu berhari-hari bahkan bulanan untuk menghasilkan satu karya, tergantung dari besar kecilnya wayang. Selain itu, ketelitian tinggi untuk membuat wayang kulit mutlak diperlukan. Ornamen-ornamen yang cukup kecil dan banyak membutuhkan kesabaran ekstra tinggi dalam membuatnya. Tak heran bila harga yang ditawarkan juga cukup mahal.

Harga wayang kulit di Balai Agung berkisar antara Rp 500.000 sampai Rp 10 juta tergantung pada ukuran dan jenis wayang. “Wayang yang disungging dengan prodo emas harganya bisa dua kali lipat dari wayang biasa,” tutur Sihhanto. Prodo emas adalah cat yang dicampuri kandungan emas 18 karat.

Untuk produksi dan penjualan dalam sebulan Sihhanto mengaku tak pernah memberi target khusus maupun melakukan pembukuan. Meski begitu, hasil kerajinan wayang Balai Agung mampu bertengger di berbagai negara Eropa seperti Belanda dan Jerman. “Pameran paling jauh yang pernah kita ikuti adalah di negara Jerman, selain itu kolektor-kolektor wayang yang berdomisili di luar negeri juga kerap membawa wayang produksi kita,” tutur Sihhanto.

Pengrajin wayang kulit di Solo seharusnya lebih giat lagi dalam mempromosikan produknya. Sehingga, baik konsumen domestik maupun mancanegara menjadi semakin berminat untuk membeli produk wayang kulit dari Solo ini. Jika lebih gencar lagi dalam melakukan promosi maka akan memperbesar omzet penjualan juga. Bukan semata-mata berorientasi pada keuntungan tetapi juga terhadap perluasan lapangan pekerjaan sehingga menyerap lebih banyak tenaga kerja di kota Solo.

Baca juga : Seni Tatah Sungging, Seni Kerajinan Membuat Wayang

Tatah Sungging Balai Agung

Raden Tumenggung Sihhanto Dipuro (Bp Sihhanto);

d/a Alun-alun Utara, Kraton Surakarta.

Telp. (0271)661931

Tinggalkan komentar