
SOLO, 2016 – Perhelatan seni budaya dalam program yang digagas oleh Maestro Seni Sardono W Kusumo yang bernama Fabriek Fikr kali ini telah memasuki tahun kedua. Fabriek Fikr 2 yang digelar pada tanggal 19-20 November 2016 di Pabrik Gula Colomadu Solo ini dipastikan akan menghadirkan peristiwa-peristiwa baru yang berbeda dari Fabriek Fikr tahun sebelumnya. Berbagai peristiwa seni seperti pertunjukan tari Papua Kuliner, Pertunjukan Lukis, Pantomime, Pemutaran Film, dan Pertunjukan Aktor Tony Bruer akan meramaikan bangunan pabrik gula yang berdiri pada tahun 1861 ini.
Sardono W Kusumo adalah penggagas ide dan pengarah seluruh performance art yang ditampilkan di pabrik gula peninggalan zaman Belanda tersebut. Bila pada tahun sebelumnya Fabriek Fikr pertama mengangkat tentang seni merespon bangunan penuh dengan mesin-mesin besi baja tersebut, maka pada tahun ini, Fabriek Fikr menggagas tentang rentang panjang sebuah seni pertunjukan.
Fabriek Fikr 2 mengusung sebuah konsep bahwa pertunjukan tidak harus selalu berbentuk normatif seperti yang sudah sering dilihat penonton. Kehidupan para seniman sesungguhnya sudah menjadi daya tarik tersendiri, bagaimana seniman merespon medium di depannya, seperti ketika pelukis besar terdahulu bernama Affandi menghadapi kanvas kosongnya. Aksi yang dilakukan oleh para seniman dalam kehidupan sehari-hari sesungguhnya sudah menjadi suatu ‘pertunjukan’ tersendiri.

Dalam Fabriek Fikr 2, penonton akan menyaksikan pertunjukan lima penari Papua yang akan menampilkan Kuliner Performance. Bakar Batu, tradisi dari Papua, di mana mereka memasak dengan batu yang dibakar hingga suhu panas maksimal dan dilakukan sambil menari. Tidak hanya Bakar Batu yang memasak dengan cara tradisional, para penari papua juga akan memasak dengan menggunakan kompor gas. Perpindahan dari gaya hidup tradisional hingga masa modern akan dibawakan oleh lima penari papua tersebut. Pertunjukan Tari: Papua Kuliner ini berada di bawah arahan langsung Sardono W Kusumo.
Akan ada pula Painting Performance. Sebuah ruang terbuka yang memanjang, berbentuk seperti panggung, akan disulap menjadi studio-studio lukis. Para pelukis muda asal Solo akan menghabiskan sebagian besar harinya di sana, menjalani keseharian seperti biasa. Mereka akan tidur, makan, melukis di area studio tersebut. Pada hari pertunjukan, mereka akan berkolaborasi dengan Sardono W Kusumo bersama para penari berambut panjang menampilkan pertunjukan melukis. Para penari berambut panjang ini akan menjadikan rambut panjang mereka sebagai kuas-kuas cat.
Penampilan ketiga dalam Fabriek Fikr 2 ini adalah penampilan aktor pantomime asal Jogjakarta, Jemek, yang bereksplorasi di atas roda-roda mesin berukuran gigantic yang ditembakkan visual video mapping Charlie Chaplin. Pertunjukan Pantomime juga akan berkolaborasi dengan DJ asal Solo dan Jakarta. Ini adalah bentuk eksplorasi pantomime yang mengkombinasikan antara ruang masa lalu dengan teknologi masa kini.

Peristiwa lainnya yang bisa disaksikan oleh penonton adalah Expanded Cinema. Dalam pertunjukan ini, rekaman film yang dibuat Sardono (71) sejak dia berusia 20-an tahun (sekitar 1960-an) disuguhkan dalam bentuk digital. Pada usia yang masih sangat muda, Sardono W Kusumo telah masuk ke pelosok-pelosok negeri seperti Nias, Dayak, Papua, dan melakukan perjalanan ke berbagai negara bersama para seniman. Meski saat itu fokus pada dunia tari, tapi Sardono punya kesadaran membuat rekaman peristiwa melalui kamera 8mm. Seluruh materi seluloid 8mm ini baru selesai direstorasi di Australia dan bisa dinikmati pengunjung dalam bentuk digital. Penonton dapat menyaksikan dokumentasi penting yang merekam peristiwa adat, tokoh penting seperti Affandi, Ketut Rina, Sitor Situmorang, dsb. Sardono juga mengabadikan peristiwa seni internasiona, ketika ia membawa serombongan penari Indonesia ke mancanegara.
Pada peristiwa keempat, kita akan bertemu lagi dengan seorang aktor yang pernah mencengangkan penonton. Kemunculan Tony Bruer pada Fabriek Fikr 2015 mengejutkan para penonton, yang dengan sensibilitas syaraf dan persendian tubuh yang elastis sekaligus memiliki power atau energi tubuh yang tinggi, ia melakukan atraksi yang cukup ekstrim di Pabrik Gula Colomadu. Tubuh Tony Bruer mampu melambung merayapi dinding dan langit-langit Pabrik Gula Colomadu yang sangat tinggi, berjalan di antara sekat-sekat baja, dan bergelayutan di kisi-kisi besi. Kali ini, pada Fabriek Fikr 2016, mendadak Tony Bruer ingin mendirikan kemah. Ini artinya ia akan mengurung tubuhnya di dalam sebuah ruang, di pabrik yang dulu pernah ia taklukan keluasannya, tetapi sekarang ia justru ingin menutup diri dari keluasan tersebut dengan menciptakan ruang yang kecil. Ia akan berkemah di dalam pabrik selama sepuluh hari sebelum tanggal 19-20, menikmati prosesnya hidup di ruang yang begitu kecil, dan akan memberikan kejutan pada hari pertunjukan.
Peristiwa ini ditutup pada pukul delapan malam. Dalam dua hari pertunjukan, ketika langit beranjak gelap, video mapping akan dipancarkan di dinding-dinding pabrik. Façade atau seluruh dinding bagian depan Pabrik Gula Colomadu akan ditembakkan dengan visual video mapping, menciptakan sebuah sensasi tersendiri ketika wajah yang berbeda dari bangunan Pabrik Gula yang sudah berumur ratusan tahun itu.
Be the first to comment