Tembang macapat Durma merupakan tembang macapat yang menggambarkan kondisi ketika manusia telah menikmati segala kenikmatan dari Tuhan.
Dalam banyak kasus, manusia akan mengingat Pencipta-nya saat ia dalam kondisi kesulitan, dan ia akan lupa ketika dalam kondisi kecukupan.
Memang sudah seharusnya ketika manusia dalam kondisi kecukupan ia akan bersyukur, namun pada kenyataannya justru seringkali ia bersifat sombong dan angkuh.
Bahkan, jika dalam posisi beruntung justru malah semakin serakah, suka mengumbar hawa nafsu, mudah emosi dan berbuat semena-mena terhadap sesamanya.
Sifat-sifat buruk inilah yang mungkin digambarkan dalam tembang macapat Durma. Durma bagi beberapa kalangan diartikan sebagai munduring tata krama, (mundurnya etika).
Tembang macapat Durma biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat amarah, berontak, dan juga semangat perang.
Adapun watak tembang durma adalah tegas, kuat, keras dan amarah.
Ia menggambarkan keadaan manusia yang cenderung berbuat buruk, egois dan ingin menang sendiri.
Ciri dari tembang macapat Durma adalah :
- Memiliki Guru Gatra : 7 baris setiap bait
- Memiliki Guru Wilangan : 12, 8, 6, 7, 8, 5, 7 (artinya baris pertama terdiri dari 12 suku kata, baris kedua berisi 8 suku kata, dan seterusnya…)
- Memiliki Guru Lagu : a, i, a, a, i, a, i (artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua berakhir vokal i, dst).
Setelah tembang macapat Durma, tembang selanjutnya adalah macapat Pangkur yang berarti mengundurkan diri dari urusan duniawi.
Contoh tembang macapat lainnya bisa dilihat dalam artikel : 11 Jenis Tembang Macapat, Contoh Lirik dan Artinya
Ingkang eling Iku ngelingana marang
Yang sadar itu ingatlah pada
sanak kadang kang lali
sanak saudara yang lupa
Den nedya raharja
cuma ingin hidup sejahtera
Mangkono tindak ira
itulah yang harus dilakukan
Yen tan ngugu ya uwis
kalau tidak percaya ya sudah
Teka menenga
Tinggal diam saja
Mung aja sok ngrasani
Hanya jangan membicarakannya di belakang
Bener luput ala becik lawan beja
Benar, salah, buruk, baik, begitupun keberuntungan
cilaka mapan saking
celaka bersemaiyam dari
ing badan priyangga
dalam dirinya sendiri
dudu saking wong liya
bukan dari orang lain
pramila den ngati ati
untuk itu barhati-hatilah
sakeh durgama
dari banyaknya bahaya
singgahana den aglis
menyingkirlah segera
Babo babo mara age tandhingana
Ayo kesini segera lawanlah
Sun prajurit linuwih
Aku prajurit mumpuni
Sekti mandraguna
sakti mandraguna
Prawira ing ngayuda
kesatria dalam peperangan
Kang tandhing haywa lumaris
yang melawan sudah banyak
Tan wurung sira
pada akhirnya kamupun
Sirna ndepani bumi
mati tersungkur di tanah