Wisata

Beteng Vastenburg, Ruang Seni Terbuka di Kota Solo

beteng vastenburg solo

Salah satu ruang kesenian di pusat kota yang memanfaatkan situs sejarah di Kota Solo adalah Beteng Vastenburg, bangunan tua yang berdiri mengelilingi areal 66.960 meter persegi dibangun oleh Pemerintahan Belanda pada tahun 1745. Baron Van Imhoff, merupakan seorang Gubernur yang dulu memerintahkan dibangunnya Beteng

beteng vastenburg

Beteng Vastenburg – foto udara 1924 (Fotoarchief ML-KNIL)

Pada jaman penjajahan dulu, Beteng Vastenburg digunakan oleh tentara Belanda untuk mengawasi Kraton Kasunanan Surakarta yang kala itu dipimpin oleh Raja Paku Buwono III. Selain berfungsi sebagai barak pengawasan, beteng ini juga dimanfaatkan untuk penjara dan tempat penyiksaan bagi pejuang pribumi.

Seperti yang dikutip dari wikipedia.org, bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruang yang disebut seleka (bastion). Di sekeliling tembok benteng terdapat parit yang berfungsi sebagai perlindungan dengan jembatan di pintu depan dan belakang. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah dengan fungsi masing-masing dalam militer. Di tengahnya terdapat lahan terbuka untuk persiapan pasukan atau apel bendera.

Fort Vastenburg - Gerbang 1998 (van Diessen)

Fort Vastenburg – Gerbang 1998 (van Diessen)

Pasca Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Beteng Vastenburg kemudian dikuasi oleh militer Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya Kostrad. Namun sayang, tahun 1991 area bersejarah ini kemudian ditukargulingkan dengan pihak swasta dan dikapling menjadi delapan bagian dengan kepemilikan yang berbeda.

Benteng peninggalan pemerintah Belanda ini tak hanya tua, tapi juga rusak dan tak terawat. Selain penuh semak, tembok benteng mulai terlihat miring dan retak-retak. Vastenburg begitu kusam di antara bangunan-bangunan modern dan megah yang berdiri di sekitarnya; kantor bank,  mall, dan hotel.

Beteng Vastenburg

Beteng Vastenburg kini

Selama dikuasai oleh swasta, Beteng ini hampir tak pernah tersentuh oleh publik. Hingga pada tahun 2007 sekelompok seniman mencoba memanfaatkan situs bersejarah ini untuk perhelatan musik etnik tingkat internasional. SIEM (Solo International Ethnic Music) menjadi kelompok seni yang kala itu melakukan “babat alas” membuka tabir rahasia keberadaan Beteng Vastenburg.

SIPA di Beteng Vastenburg

Salah satu event kesenian di Beteng Vastenburg

Meski hingga kini keberadaan situs bersejarah ini masih dalam polemik, namun Beteng ini sudah bisa dimanfaatkan oleh publik untuk kegiatan kesenian. Banyak pagelaran seni diselenggarakan di tempat ini pasca SIEM pertama diadakan. Beberapa event besar yang juga turut memanfaatkan tempat ini seperti SIPA (Solo Internasional Performing Art), Bamboo Binale, Solo City Jazz dan lain-lain.

Baca juga : Wisata Solo, Dari Kuliner hingga Penginapan Lengkap

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top