Bahaya teh seringkali tidak disadari oleh ibu-ibu. Tidak heran jika banyak ibu-ibu memperbolehkan mengkonsumsi teh, baik dalam keadaan tawar maupun manis.
Teh memang menjadi minuman favorit banyak rang, utamanya orang Indonesia.
Teh memiliki rasa yang menyenangkan dan dapat menimbulkan perasaan rileks, tenang dan santai.
Terlebih jika minum teh bersama keluarga atau teman, suasana terasa lebih asyik dan menyenangkan.
Sayangnya, bahaya teh bisa muncul jika bayi atau balita mengkonsumsinya .
Beberapa dampak buruk bisa muncl, antara lain;
1. Teh mengandung kafein
Beberapa orang tua mengganggap bahaya teh sangat minim karena tidak mengandung kafein sebanyak kopi.
Anggapan tersebut ternyata keliru, IPB pernah melakukan pelitian pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa kadar kafein ternyata relatif sama besar, yakni 0,6%.
Kafein bisa berdampak buruk bagi pertumbuhan bayi.
Zat yang terkandung dalam kafein dapat mempengaruhi susunan syaraf otak anak di mana sistem kerjanya akan berbeda.
Kafein juga dapat mengakibakan anak tau bayi mengalami kesulitan tidur, padahal tidur sangat penting bagi tumbuh kembang otak.
Kafein juga berdampak kurang baik bagi jantung bayi karena dapat merangsang pernafasan dan menganggu kinerja jantung.
2. Teh mengadung tannin
Selain mengandung kafein, teh juga mengandung zat yang cukup berbahaya, yakni tannin.
Tannin yang terdapat dalam kandungan teh dapat menyerap kandunan zat besi dalam tubuh.
Mineral besi yang ada dalam tubuh akan diikat oleh tannin, kemudian reaksi tersebut membentuk tannat yang harus dibuang melalui feses.
Reaksi tersebut dapat mengakibatkan anemia pada bayi.
Asam tannat juga da[at mengakibatkan penyerapan vitamin B.
Akibatnya, bayi dapat mengalami defisiensi vitamin yang justru sangat penting untuk tumbuh kembangnya.
3. Teh membutuhkan waktu lebih lama untuk mengendap
Kafein merupakan salah satu zat yang mudah diserap usus, bahkan 99% kafein yang teh dikonsumsi akan segera diserap oleh darah dan didistribusikan ke seluruh bagian tubuh hinga otak.
Sayangnya, kafein merupakan zat yang tidak mudah keluar dari tubuh melalui air seni.
Kadar kafein yang telah diserap oleh darah akan mengandap lebih lama sebelum terbuang bersama urin.
Pada orang dewasa, butuh waktu 5-6 jam untuk mengeluarkan kafein dalam darah.
Sedangkan pada bayi butuh waktu lebih ama, yakni 14 jam sampai kadar kafein keluar melalui urin.
Pasalnya, tubuh bayi masih kesulitan memetabolisme kafein yang masuk dalam tubuh.
4. Disfungsi ginjal
Fungsi organ bayi belumlah sempurna seperti orang dewasa.
Pemberian teh pada bayi atau balita dapat mempengaruhi kinerja ginjal.
Rasa pahit pada teh dapat memperberat kerja ginjal dan mengganggu sisitem penyerapa pada saluran cerna.
Jika saluran cerna terganggu, maka penyerapan nutrisi dapat terganggu pula.
Sebaiknya, jangan biasakan sikecil mengkonsumsi teh baik dalam keadaan manis maupun pahit.
***
Sebagai pengganti teh, lebih baik memberikan air putih sebagai minuman utama bagi bayi dan balita.
Air putih adalah sumber hidrasi yang paling aman dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang asupan cairan anak Anda, selalu disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi anak untuk mendapatkan nasihat yang tepat.
Baca Juga : Jangan Sampai Sikecil Tak Suka Air Putih