Di Kabupaten Klaten Jawa Tengah terdapat satu pemandian yang bernama Umbul Cokro Tulung. Berlokasi di Desa Desa Cokro, Kecamatan Tulung – Klaten.
Udara sejuk, air yang bersih dan alami dengan pepohonan yang rindang menjadi daya tarik tersendiri begi para pengunjung yang ingin melepas penatnya rutinitas pekerjaan sehari-hari.
Seperti Pemandian Pengging dan Pemandian Tlatar di daerah Boyolali, Pemandian umbul Cokro juga sangat ramai ketika menjelang bulan puasa.
Ada tradisi Padusan, merupakan ritual membersihkan diri menyambut datangnya bulan Ramadhan. Ini sudah menjadi budaya bagi sebagian masyarakat muslim di Karesidenan Surakarta.
Dalam acara padusan ini biasanya pengunjung juga disuguhi dengan hiburan orkes dangdut dan berbagai macam jajanan.
Di area Pemandian Umbul Cokro Tulung Klaten memiliki berbagai macam fasilitas yang bisa dinikmati oleh para pengunjung.
Selain tersedia selter-selter untuk bersantai, ditempat ini juga tersedia wahana bermain air. Selain itu ada tempat berenang, flying fox dan panggung hiburan live konser di hari tertentu.
Tiket masuk ke area ini Rp 10.000, dan untuk bermain flying fox cukup membayar Rp. 15.000.
Akses menuju Pemandian Umbul Cokro juga tidaklah sulit.
Dari Delanggu Klaten bisa langsug menuju ke barat arah Cokro, jika menggunakan angkutan umum bisa naik bus jurusan Klaten yang lewat Cokro.
Sejarah Umbul
Menurut Penasehat dewan adat Keraton Kasunanan Surakarta, atau sering disebut Gus Nowo. Seperti dikutip dari soloblitz.co.id. Pemandian Umbul Cokro Tulung dulunya memiliki nama asli umbul Ingas, karena sumbernya berasal dari gerumbulan pohon Ingas.
Umbul Ingas sendiri merupakan umbul yang usianya sudah sangat tua.
Dengan debit air yang mengalir sangat melimpah, pada abad IX era pemerintahan Raja Keraton Kasunanan Surakarta SISKS Paku Buwana (PB) IX.
Umbul ini dibangun bagus supaya dapat dimanfaatkan secara baik oleh siapapun yang membutuhkan.
“Umbul itu dimuliakan, dan dijaga oleh Keraton Surakarta supaya bisa dimanfaatkan siapapun,” ungkap Gus Nowo.
Setelah PB IX wafat, maka penerusnya yaitu Sinuhun PB X pun tetap memuliakan umbul Ingas.
Bahkan di era PB X, umbul itu dibangun lebih bagus lagi.
PB X juga membuat saluran irigasi dan gorong-gorong, sehingga air dari umbul Ingas bisa dinikmati para petani dan rakyat hingga ke wilayah Surakarta.