Zat Pewarna Sintetis Pada Pembuatan Batik

Dalam proses pewarnaan batik untuk saat ini bisa dipastikan sebagian besar pegrajin batik menggunakan bahan pewarna sintetis atau pewarna buatan.

Selain penggunaanya lebih praktis, zat pewarna sintetis juga lebih mudah didapatkan di toko-toko bahan batik, toko bahan sablon maupun toko bahan tekstil lainnya.

Zat pewarna sintetis pada pembuatann batik memiliki varian yang cukup banyak, baik pilihan warnanya maupun jenis obat yang digunakan.

Dengan menggunakan pewarna sintetis biasanya para pengrajin batik lebih leluasa dalam bereksplorasi warna dan teknik membatik.

Dengan hadirnya zat-zat pewarna buatan yang beredar di pasaran secara otomatis menggeser penggunaan pewarna alami pada kain batik.

Meski demikian, hingga kini-pun zat pewarna alami masih tetap digunakan oleh sebagian pengrajin.

Batik alami biasanya memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi alias harga yang ebih mahal.

Zat pewarna sintetis atau buatan merupakan zat pewarna yang dibuat dengan bahan-bahan kimia tertentu sehingga dapat digunakan untuk mewarnai kain.

Memang ada banyak sekali zat pewarna sintetis yang dapat digunakan untuk mewarnai bahan tekstil.

Namun tidak semua bahan dapat digunakan, karena saat proses pewarnaan batik tidak boleh menggunakan proses pemanasan.

Jika pewarnaan dilakukan dengan pemanasan maka bisa dipastikan lilin/malam batik akan meleleh.

Beberapa bahan warna sintetis yang sering digunakan untuk mewarnai batik antara lain:

Pewarna Sintetis Naphtol

Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan dengan teknik celup, terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda yakni naphtol dasar dan pembangkit warna.

Naphtol dasar (penaphtolan) biasanya digunakan pertama kali dalam proses pewarnaan.

Pada pencelupan pertama ini warna belum nampak dalam kain.

Untuk membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan larutan garam diazonium sehingga akan memunculkan warna sesuai yang diinginkan.

Secara teknis Naphtol tidak bisa larut dalam air, untuk melarutkannya biasanya para perajin menggunakan zat lain seperti kostik soda.

Penggunaan naphtol dalam industri tekstil telah menjadi populer karena kemampuannya untuk memberikan warna yang cerah, tahan lama, dan tahan terhadap pencucian pada serat tekstil.

Namun, penting untuk dicatat bahwa naphtol juga dapat memiliki sifat-sifat berbahaya, dan perlu dilakukan penanganan yang hati-hati dan penggunaan yang sesuai dalam lingkungan yang aman.

Pewarna Sintetis Indigosol

Indigosol merupakan pewarna sintetis berbasis indigo, yang merupakan zat pewarna alami yang ditemukan dalam tumbuhan indigo.

Namun, untuk keperluan industri, indigo alami diubah menjadi bentuk pewarna sintetis yang disebut indigosol.

Pewarna indigosol lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan indigo alami, sehingga lebih mudah diaplikasikan pada serat tekstil.

Kelebihan pewarna indigosol adalah warnanya yang tahan lama dan stabil terhadap paparan cahaya, panas, dan pencucian.

Warna yang dihasilkan oleh indigosol memiliki daya lekat yang baik pada serat tekstil seperti katun, linen, dan rayon.

Zat warna Indigosol biasa digunakan untuk menghasilkan warna-warna yang lembut pada kain batik, dapat dipakai dengan teknik celup maupun colet (kuas).

Proses penggunaan zat warna Indigosol juga hampir sama dengan penggunaan Naphtol, pencelupannya dibutuhkan dua kali proses.

Proses pertama sebagai pencelupan dasar dan yang kedua untuk membangkitkan warna.

Warna akan dapat muncul sesuai yang diharapkan setelah dilakukan oksidasi, yankni memasukkan kain yang telah diberi Indigosol ke dalam larutan asam sulfat atau asam florida (HCl atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit (NaNO2).

Selain pada batik, Indigosol juga banyak digunakan dalam produksi denim, yang merupakan jenis kain yang sering digunakan untuk membuat celana jeans.

Warna biru khas yang dihasilkan oleh indigosol telah menjadi ciri khas celana jeans dan sangat populer di seluruh dunia.

Pewarna sintetis Remazol

Pewarna sintetis Remazol adalah kelompok pewarna yang digunakan secara luas dalam industri tekstil, termasuk batik.

Remazol termasuk dalam kategori pewarna reaktif, yang berarti mereka dapat bereaksi dengan serat tekstil untuk membentuk ikatan yang kuat dan tahan lama.

Pewarna Remazol memiliki keunggulan dalam hal kecerahan warna, daya tahan terhadap pencucian, dan ketahanan terhadap cahaya.

Obat batik ini juga dapat memberikan warna yang intens dan tahan lama pada berbagai jenis serat seperti kapas, sutra, linen, dan poliester.

Proses pewarnaan dengan pewarna Remazol melibatkan reaksi kimia antara pewarna dan serat tekstil.

Serat tekstil direndam dalam larutan pewarna Remazol yang mengandung senyawa reaktif, seperti senyawa azo atau antrasen.

Melalui proses perendaman, reaksi kimia terjadi antara pewarna dan serat, membentuk ikatan kovalen yang kuat.

Setelah itu, serat dibilas dan difiksasi melalui pemanasan atau perlakuan kimiawi tambahan untuk menjaga stabilitas pewarna.

Pada pewarnaan batik, Remazol bisa digunakan dengan teknik celup, colet maupun penguasan.

Keuntungan utama pewarna Remazol adalah kemampuannya untuk memberikan warna yang tahan lama, bahkan setelah banyak proses pencucian dan paparan terhadap sinar matahari.

Selain itu, obat ini juga memiliki tingkat kestabilan dan ketahanan yang baik terhadap berbagai kondisi lingkungan.

Pewarna Remazol digunakan secara luas dalam industri tekstil untuk pewarnaan berbagai produk seperti pakaian, linen rumah tangga, kain furnitur, dan tekstil teknis.

Rapid

merupakan salah satu zat warna yang biasa dipakai untuk membatik dengan teknik colet.

Terdiri dari campuran  naphtol dan garam  diazonium yang distabilkan.

Untuk membangkitkan warna biasanya digunakan asam sulfat atau asam cuka.

Zat pewarna sintetis lainnya yang berfungsi sebagai zat pembantu dalam proses pewarnaan batik diantaranya caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang.

5 pemikiran pada “Zat Pewarna Sintetis Pada Pembuatan Batik”

Tinggalkan komentar