Awal hadirnya manusia di dunia ini digambarkan dalam tembang Mijil, yang berarti seorang anak terlahir dari gua garba Ibu.
Kata lain dari mijil dalam bahasa jawa adalah wijil, wiyos, raras, medal, sulastri yang berarti keluar.
Macapat Mijil menjadi tembang kedua setelah maskumambang, tembang macapat maskumambang memiliki makna janin atau jabang bayi yang masih dalam kandungan ibunya.
Kelahiran merupakan proses dimana seorang ibu memperjuangkan dua nyawa sekaligus, dirinya sendiri dan anaknya.
Seberat apapun proses itu, didalamnya terdapat cinta dan harapan dari seluruh anggota keluarga, harap-harap cemas namun bahagia dalam menanti kelahiran buah hati.
Jabang bayi yang mijil dari rahim ibunya adalah suci, dia tidak bisa memilih terlahir dari siapa, misalpun terlahir dari hubungan “tidak sah”, bayi tetaplah suci, ibarat kertas ia masih bersih putih tanpa coretan.
Ketika bayi lahir saat itulah ia mengenal dunia pertama kalinya, ia diberi wewenang untuk menjalani kehidupan selanjutnya.
Ia dihadirkan untuk bisa menjadi “manusia” hingga suatu saat bisa kembali kepada-Nya dengan damai.
Watak tembang macapat mijil adalah welas asih, pengharapan, laku perihatin dan tentang cinta.
Tembang macapat Mijil banyak digunakan sebagai media untuk memberi nasihat, cerita cinta, dan ajaran kepada manusia untuk selalu kuat dan tabah dalam menjalani kehidupan.
Gambaran tentang perasaan kesedihan maupun kebahagiaan tercermin dari tembang-tembang macapat Mijil.
Ciri tembang :
- Memiliki Guru Gatra : 6 baris setiap bait
- Memiliki Guru Wilangan : 10, 6, 10, 10, 6, 6 (artinya baris pertama terdiri dari 10 suku kata, baris kedua berisi 6 suku kata, dan seterusnya…)
- Memiliki Guru Lagu : i, o, e, i, i,u (artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua berakhir vokal o, dst..)
Contoh tembang macapat mijil
Berikut ini kami sajikan kutipan contoh tembang mijil dari SERAT WULANG REH, Karangan Sri Pakubuwana IV
Poma kaki padha dipuneling,
(Wahai anakku ingatlah selalu)
ing pitutur ingong,
(atas nasihat dariku)
sira uga satriya arane,
(dirimu disebut juga sebagai satria)
kudu anteng jatmika ing budi,
(harus tenang dan baik budi pekertinya)
ruruh sarta wasis,
(sabar serta pandai)
samubarang ipun.
(atas segala hal.)
***
Lan den nedya prawira ing batin,
(Dan milikilah sifat ksatria di dalam batin)
nanging aja katon,
(namun jangan diperlihatkan)
sasabana yen durung mangsane,
(rahasiakan jika belum sampai pada masanya)
kekendelan aja wani mingkis,
(atas keberaniannya jangan sampai dihilangkan)
wiweka ing batin,
(tatalah dalam batinmu)
den samar den semu.
(agar menjadi samar dan semu.)
***
Lan densami mantep maring becik,
(Dan selalu mantap dalam kebaikan)
lan ta wekas ingong,
(dan juga pesanku)
aja kurang iya panrimane,
(jangan sampai kurang syukurnya)
yen wus tinitah maring Hyang Widhi,
(jika sudah menjadi kehendak Tuhan)
ing badan puniki,
(kepada diri ini)
wus papancenipun.
(sudah menjadi ketetapanNya)
***
Ana wong narima wus titahing,
(Ada orang yang sudah menerima ketentuan dari)
Hyang pan dadi awon,
(Tuhan namun menjadi tidak baik)
lan ana wong tan nrima titahe,
(dan ada juga orang yang tidak bisa menerima ketentuan-Nya)
ing wekasan iku dadi becik,
(pada akhirnrya ada yang menjadi baik)
kawruhana ugi,
(pahami juga hal itu)
aja salang surup.
(jangan salah mengartikan.)
***
Yen wong bodho kang tan nedya ugi,
(Jika orang bodoh yang tidak mengingkan untuk)
tatakon titiron,
(bertanya dan meniru)
anarima ing titah bodhone,
(dan hanya menerima saja atas kebodohannya)
iku wong narima nora becik,
(itu orang yang menerima ketepan tuhan dengan cara tidak baik)
dene ingkang becik,
(sedangkan yang baik adalah)
wong narima iku.
(orang menerima ketetapan-Nya.)
Setelah tembang macapat Mijil, tembang berikutnya adalah tembang macapat Sinom, yang berarti Isih Enom atau masih muda. Tembang macapat lainnya dapat di lihat dalam artikel : 11 Jenis Tembang Macapat, Contoh Lirik dan Artinya