Sitihinggil Keraton, Cerminan Derajat Hidup Tertinggi Manusia

Sitihinggil atau yang sering disebut Sitinggil merupakan salah satu kompleks Keraton Surakarta Hadiningrat yang dibangun di atas lahan dengan kontur tanah lebih tinggi dari wilayah lain di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan namanya yang terdiri dari kata Siti berarti tanah dan Hinggil berarti tinggi.

Kompleks Sitihinggil dibangun oleh Susuhunan Pakubuwono III pada tahun 1701 M bersamaan dengan dibangunnya Sitihinggil Kidul (Sitihinggil Selatan). Pembangunan kompleks ini bukan tanpa tujuan, makna yang terkandung dengan nama dan tempat ini adalah sebagai cerminan perjalanan hidup manusia dalam mencapai derajat hidup tertinggi, yakni manusia yang dapat bersikap dewasa, pemaaf, mampu mendekatkan diri pada Tuhan sehingga akan memiliki rasa tentram dan damai,

Di kompleks Sitihinggil ini ada beberapa bangunan yang dibuat untuk fungsi dan tujuan berbeda-beda, baik yang berupa bangunan gedung ataupun yang berupa Kori atau pintu. Selain itu di bagian depan kompleks ini juga berjajar delapan meriam yang bernama Kyai Bringsing, Kyai Bagus, Kyai Nangkula, Kyai Kumbara, Kyai Kumbarawi, Kyai Sadewa, Kyai Alus, dan Kyai Kadal Buntung.

Berikut ini sedikit ulasan dan denah arsitektur di Sitihinggil Keraton Surakarta Hadiningrat :

denah sitihinggil keraton kasunanan surakarta
Denah sitihinggil keraton kasunanan surakarta

1. Kori Wijil, gerbang utama Sitihinggil

Kori Wijil merupakan pintu masuk Sitihinggil sebelah utara yang terdiri dari susunan tangga berundak menghubungkan Sitihinggil dengan Sasana Sumewa. Biasanya pintu ini ditutup/dibuka dengan menggunakan pagar besi pendek yang membentang dari arah timur ke barat. Pada salah satu anak tangga Sitihinggil ini, terdapat batu yang digunakan untuk pemenggalan kepala Trunajaya yang diberi nama Selo Pamecat. (baca juga : Sasana Sumewa, Kompleks Pagelaran Keraton Surakarta)

Nama Kori Wijil sendiri berasal dari kata Kori yang berarti pintu dan Wijil yang berarti keluar atau lahir. Pemberian nama ini mungkin saja maksudnya apabila seseorang ingin memiliki derajat yang tinggi maka harus keluar dari kebiasaan buruk.

Kori Wijil Sitihinggil - Keraton Kasunanan Surakarta
Kori Wijil Sitihinggil

2. Bangsal Martalutut

Bangsal Martalutut merupakan bangunan kecil didepan kompleks Sitihinggil di sebelah kanan Kori Wijil. Bangsal ini dulunya digunakan sebagai tempat untuk memeriksa dan ruang tunggu bagi orang yang akan menerima hadiah dari raja. Kata Martalutut berasal dari kata Marta yang berarti kesabaran dan Lutut yang berarti sangat mencintai dan menyayangi.

Bangsal Martalutut Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bangsal Martalutut

3. Bangsal Singanegara

Merupakan bangunan kecil yang terletak di depan kompleks Sitihinggil sebelah kiri (sebelah barat Kori Wijil) yang dulunya digunakan sebagai tempat abdi dalem Singanegara yang bertugas melaksanakan keputusan perkara seseorang yang dijatuhi hukuman mati karena bersalah atau melanggar peraturan negara.

Bangsal Singanegara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bangsal Singanegara

4. Bangsal Sewayana

Bangsal Sewayana merupakan bangunan terbesar yang ada di Sitihinggil, dibangun oleh Sunan PB X pada tahun 1913 Masehi dan menjadi pendapa utama di kompleks ini. Pada jaman dahulu orang yang bisa menghadap di bangsal ini hanya para kerabat atau orang penting saja. Bangunan ini banyak digunakan pada saat-saat upacara adat misalnya grebeg maupun pisowanan.

Di Bangsal Sewayana terdapat tempat duduk untuk para Putra Sentana dan abdi dalem yang berpangkat tinggi, mereka duduk di tempat tersebut saat upacara Grebeg berlangsung. Hingga sekarang bangsal ini sering dipakai para abdi dalem untuk persiapan wisuda di Bangsal Smarakata.

Bangsal Sewayana Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bangsal Sewayana

5. Bangsal Manguntur Tangkil

Bangsal Manguntur Tangkil merupakan rumah kecil yang terletak didalam Bangsal Sewayana tepatnya di sisi selatan bergandengan dengan Bangsal Witana. Bangunan ini memiliki kontur lantai lebih tinggi dan biasa digunakan sebagai singgasana raja saat ada acara pisowanan di Sitihinggil.

Nama Bangsal Manguntur Tangkil ini berasal dari kata bangsal yang berarti tempat, manguntur berarti singgasana yang bersinar, dan tangkil berarti menghadap.

Bangsal Manguntur Tangkil Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bangsal Manguntur Tangkil

6. Bangsal Witana

Disebelah selatan Bangsal Sewayana terdapat bangunan dengan kontur lantai lebih tinggi, tempat ini bernama Bangsal Witana, digunakan oleh para abdi dalem yang membawa benda-benda pusaka saat pisowanan ageng ataupun upacara adat.

Nama Bangsal Witana berasal dari kata Bangsal yang berarti tempat dan Witana yang berarti tempat duduk yang panjang. (Poerwadarminta, 1939:665)

Bangsal Witana Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bangsal Witana

7. Bale Manguneng

Di tengah-tengah Bangsal Witana terdapat rumah kecil dikelilingi kaca dan kain bernama Bale Manguneng, digunakan untuk menyimpan benda pusaka berupa Meriam Nyai Setomi yang konon dirampas oleh tentara Mataram dari VOC saat menyerbu Batavia. Meriam ini memang tidak boleh dilihat oleh orang umum sehingga harus ditutup rapat (dikrobong).

Manguneng sendiri berasal dari kata Mangun (membangun) dan Neng atau meneng, yang berarti diam. Jika ditilik dari Bausastra Jawa, Manguneng berarti kesengsem, sedih.

Bale Manguneng Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bale Manguneng

8. Bangsal Gandhek Kiwa

Bangsal Gandhek Kiwa dulunya merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk para abdi dalem keraton yang akan mempersiapkan hidangan saat berlangsung pisowanan. Bangunan ini terletak disebelah kiri bangsal Sewayana (Sebelah barat).

Bangsal Gandhek Kiwa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bangsal Gandhek Kiwa

9. Bangsal Gandhek Tengen

Sebagaimana Bangsal Gandhek Kiwa, Bangsal Gandhek Tengen juga diperuntukkan para abdi dalem sebagai tempat menabuh gamelan saat berlangsung pisowanan. Bangunan ini terlertak di sebelah kanan Bangsal Sewayana (Sebelah timur).

Bangsal Gandhek Tengen Keraton Kasunanan Surakarta
Bangsal Gandhek Tengen

10. Bangsal Angun-angun

Bangsal Angun-angun terletak di sisi selatan Bangsal Gandhek Tengen dan sisi timur Bangsal Sewayana. Tempat ini dulunya digunakan untuk mempersiapkan upacara-upacara keraton oleh abdi dalem dan juga digunakan untuk berlatih gamelan.

Bangsal Angun angun Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bangsal Angun-angun

11. Bansal Balebang

Balebang merupakan bangsal yang digunakan untuk menyimpan berbagai perlengkapan upacara keraton. Bangsal ini terletak di sebelah barat Bangsal Sewayana dan sebelah selatan Bangsal Gandhek Kiwa.

Bangsal Balebang Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Bangsal Balebang

12. Kori Renteng Baturana dan Kori Mangu

Kori Renteng Baturana dan Kori Mangu merupakan pintu keluar sisi selatan kompleks Sitihinggil. Dari pintu ini pengunjung harus menyeberang jalan untuk bisa menuju kompleks Kamandungan Keraton Surakarta Hadiningrat.

Kori Renteng Sitihinggil Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Kori Renteng Sitihinggil
Kori-Mangu-Sitihinggil-Keraton-Kasunanan-Surakarta
Kori Mangu Sitihinggil

Jalan Supit Urang

Jalan yang berada di depan, sisi timur dan sisi barat kompleks Sitihinggil merupakan jalan umum yang dapat dilalui oleh masyarakat. Jalan ini disebut dengan Supit Urang yang berarti capit udang. Jalan ini juga menghubungkan Alun-alun utara dengan Kompleks Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Baca juga : 

Tinggalkan komentar