Peran Penting Perpustakaan Bagi Manusia

Perpustakaan secara umum  memiliki peran penting sebagai wadah yang menyediakan fasilitas bagi seseorang yang ingin menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya dalam kehidupan.

Namun sebenarnya, perpustakaan menyimpan kekayaan tersirat yang luar biasa bermanfaat bagi pribadi manusia dan kehidupan.

Berikut 4 peran penting perpustakaan tersebut ;

1. Pusat kegiatan belajar

Perpustakaan sebagai pusat kegiatan belajar, membaca, dan mencari informasi
Perpustakaan sebagai pusat kegiatan belajar, membaca, dan mencari informasi

Perpustakaan menyediakan bahan pendidikan ilmu pengatahuan; ilmu sosial, ilmu alam, matematika, dan disiplin ilmu yang lain sebagai pendukung intelegensi.

Pembelajaran sikap emosi dapat dipelajari dari buku fiksi, bahasa dan sastra, buku seni, buku psikologi atau filsafat. Isi sebuah buku akan memberikan pengalaman emosional pada pembacanya.

Pembaca akan melakukan proses empati yang merubah pengalaman emosi tersebut menjadi kedewasaan. Pembelajaran spiritualitas didapatkan dari buku-buku agama.

Pelajaran spiritual tidak hanya sebatas pada hal agama namun juga tentang keyakinan dan kepercayaan.

Keyakinan dan kepercayaan terhadap cita-cita, impian, dan kesuksesan menciptakan energi dari dalam diri dan merubah karakter seseorang menjadi bentuk yang lebih kuat.

Karakter yang kuat ditandai dengan kecerdasan emosional dan spiritual meliputi pemahamannya tentang etika, adat, sopan santun, cara pandang terhadap sesuatu, dan cara memecahkan masalah yang dihadapi.

Seorang berkarakter akan  memiliki kepandaian memecahkan masalah, bersikap adil, selalu berpikir positif, dan tidak mudah menyerah.

Pembelajaran mengenai kecerdasan emosi positif dan spiritualitas merupakan proses menghaluskan dan memperkuat karakter individu.

Karakter yang kuat dan cerdas menunjukkan kualitas kepribadian.

Manusia menjadi sosok unik karena karakter.

Tiap-tiap orang, sebagaimana bentuk fisik, juga memiliki karakter yang beragam antara satu dengan yang lainnya.

2. Mengasah Kemampuan Berpikir dan Berkomunikasi

Perpustakaan menjadi tempat mengasah kemampuan berpikir dan berkomunikasi
Perpustakaan menjadi tempat mengasah kemampuan berpikir dan berkomunikasi

Seorang tanpa karakter tidak mampu berpikir kritis, analitis, dan daya filter kurang  kuat.

Akibatnya, akan mudah terjebak pada kesulitan hidup atau kondisi semu yang sebenarnya menjerumuskan, misalnya rokok, narkoba, dan pergaulan bebas.

Efek yang timbul berupa situasi emosi menyimpang.

Emosi menyimpang akan dilampiaskan dalam pola bicara yang bernada menghina, mengumpat, mengejek, meratapi kesedihan, dan emosi negatif lainnya.

Emosi-emosi negatif membuat remaja mengalami kesulitan berkomunikasi.

Kesulitan komunikasi verbal maupun non verbal menyisakan ketidakpuasan batin.

Tekanan batin yang tidak ditanggulangi dengan baik menyebabkan seseorang mengalami gangguan psikis seperti stres, frustrasi, dan dalam kondisi berlarut-larut akan menyebabkan depresi atau neurosa.

Sikap individu tersebut menjadi antisosial dan mudah bergesekan dengan orang lain menyebabkan percekcokan, timbul permusuhan, dan ia akan menjadi lebih frustrasi daripada sebelumnya.

Ia kembali merasa sendiri, tidak berharga, dan sikap negatif lain yang tidak mampu diatasi.

Drs. Radno Harsanto dalam Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif ( 2005 : 37) mengemukakan bahwa berpikir analitis lebih sulit daripada sekedar mengorganisasikan sesuatu dalam otak kita.

Berpikir analitis mengharuskan otak kita bekerja seperti ‘detektif’.

Ia harus mencari dan menggambarkan setiap informasi yang dimiliki, baik berupa ciri, sifat, bentuk, ukuran dari setiap benda atau hal yang menjadi amatannya dan mempergunakan informasi yang diperolehnya dalam rangka menyelesaikan masalah.

Perpustakaan menjadi pilihan untuk belajar berpikir analitis dan mengkritisi permasalahan dari wacana yang dibaca.

Buku-buku memberikan pengertian mengenai suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Khasanah wacana akan memberikan berbagai pertimbangan dalam proses berpikir kritis.

Freud menggambarkan bahwa sorang manusia memiliki kebutuhan dasar yang sebut id, dan memiliki keinginan-keinginan yang disebut ego, serta penyeimbang dari id dan ego yakni superego.

Superego mengendalikan seseorang untuk mengkritisi setiap ego yang muncul. Seri fiksi, psikologi, atau filsafat yang dipelajari secara serius akan membantu remaja menemukan jati dirinya.

Ruang yang memungkinkan untuk mempelajari hal tersebut selain pendidikan formal adalah perpustakaan.

Perpustakaan secara artifisial disediakan sebagai ruang baca, sendiri atau berkelompok.

Pengunjung perpustakaan secara langsung akan belajar berkomunikasi baik dalam komunitas pembaca  secara interaktif maupun dalam ruang imajiner sebuah buku.

Komunikasi yang terjadi dalam ruang imajiner sebuah buku merupakan proses komunikasi solilokui, yaitu berbicara dengan diri sendiri melalui tokoh-tokoh dalam buku tersebut.

Proses solilokui merupakan salah satu proses represi, yakni proses menurunkan ketegangan dalam pikiran seseorang.

Perpustakaan menyimpan sarana  pembentukan karakter yang kuat, sebagai ruang belajar untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis, berpikir kritis, dan berkomunikasi verbal maupun non verbal.

Buku cerita, baik fiksi maupun kisah nyata dan biografi dapat digunakan untuk terapi psikologis.

Efek yang dihasilkan dari membaca buku akan lebih kuat meninggalkan kesan pada pembacanya daripada dunia maya atau televisi yang sepintas lalu.

Dalam sebuah buku, tulisan mampu hidup menjadi sebuah petualangan imajinasi tak terbatas dan pikiran bebas dalam benak pembacanya. Buku cerita memuat berbagai macam tokoh dan karakter, positif dan negatif.

Superego akan mengadopsi karakter positif sebagai karakter pribadi dan menyikapi hal negatif secara waspada dan bijaksana.

3. Sebagai Agent of Change dalam Kehidupan

Perpustakaan sebagai agent perubahan dalam Kehidupan
Perpustakaan sebagai agent perubahan dalam Kehidupan

Perpustakaan tidak menyajikan bahan pustaka dan informasi yang langsung dapat dikonsumsi.

Namun disini pengunjung harus mencari sendiri apa yang ia butuhkan, membaca sendiri, menggali sendiri, dan menerjemahkan informasi yang didapat.

Proses membaca sampai menerjemahkan inilah yang lambat-laun merubah karakter seseorang menjadi lebih kreatif dan berbudaya.

Kegiatan belajar yang penuh minat tersebut terbuka dilakukan dalam sebuah kelompok kecil atau komunitas yang lebih besar.

Sejalan dengan pendapat dr. Sufyan Ramadhy dalam Bagaimana mengembangkan Kecerdasan ( 2009 : 49 ) bahwa belajar menyimpan informasi dalam pola-pola dan dengan teknik asosiatif yang kuat adalah langkah pertama menuju pengembangan kemampuan otak yang belum dimanfaatkan.

Pada dasarnya perpustakaan merupakan sumber belajar dan informasi.

Berbagai ragam ilmu dapat diperoleh melalui koleksi-koleksi buku yang disimpan dan ditatausahakan oleh pustakawan.

Namun demikian, perpustakaan tidak terbatas sebagai ruang belajar atau bank buku saja. Lebih dari itu, perpustakaan merupakan agent of change, yakni agen perubahan dalam kehidupan manusia.

Perpustakaan sebagai sumber belajar dan informasi sejalan dengan pendapat Taufani dalam buku Menginstal Minat Baca Siswa ( 2008:5). Bahwa dalam abad informasi, minat baca, kebiasaan membaca, kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi merupakan tolak ukur keberhasilan sehingga hal ini perlu dikembangkan pada diri anak sejak dini.

Keterampilan informasi merupakan bekal yang diperlukan siswa untuk terjun ke dunia modern yang penuh persaingan.

Mereka yang berhasil adalah mereka yang menguasai informasi peningkatan perpustakaan sekolah atau sudut baca merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kebiasaan membaca dan mencari informasi.

4. Penghubung Masa lalu, Masa Kini, dan Masa Depan

Peran penting perpustakaan sebagai penghubung masa lalu, kini, dan nanti
Peran penting perpustakaan sebagai penghubung masa lalu, kini, dan nanti

Perpustakaan merupakan  penghubung budaya masa lalu, budaya masa sekarang, dan prediksi masa depan.

Banyak buku berkualitas tentang seni, ilmu pengetahuan, agama, kebudayaan, dan bidang-bidang lain yang ditulis pada sekian abad lalu dapat dibaca oleh pelajar dan masyarakat zaman sekarang.

Penemuan, sejarah, pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang telah ditemukan pada masa  lalu, yang direkam dalam bentuk tulisan atau bentuk tertentu yang disimpan di perpustakaan dapat menjadi contoh atau rujukan.

Koleksi perpustakaan dapat dibaca, dipelajari, diteliti, dan dikaji, serta dikembangkan secara kreatif.

Dari situ kemudian dapat dipergunakan sebagai landasan penuntun untuk memecahkan persoalan dan merencanakan kehidupan yang lebih baik.

Perpustakaan  memberikan pelayanan sejarah budaya daerah tertentu, negara, bahkan dunia.

Buku Seri Tokoh Dunia misalnya, akan membuat pembaca mengilhami budaya dan kisah hidup orang lain sebagai obor semangat dan menumbuhkan daya juang.

Sebagai contoh, Buku Seri Tokoh Dunia Maestro Leonardo Da Vinci, Da Vinci harus berjuang keras agar bisa memenuhi hasratnya mengadakan penelitian ilmu pengetahuan dan kesenian.

Da Vinci  memiliki banyak bendel sketsa ilmu pengetahuan. Meskipun Da Vinci terkenal sebagai pelukis, namun karya lukisnya tidak begitu banyak dibandingkan pelukis lain pada zamannya.

Sketsa-sketsanya justru lebih pada penemuan ilmu pengetahuan yang menjadi pedoman penelitian selanjutnya.

karya leonardo da vinci - vitruvian man
Karya-karya Leonardo da Vinci

Da Vinci hidup antara tahun 1400-1500an. Pada zaman itu di Florence sudah tersedia perpustakaan dan toko buku.

Da Vinci telah berhasil membuat pesawat gantole, menelusuri sanitasi air di Vatikan, sketsa anatomi tubuh manusia, melakukan transfusi darah secara manual tanpa alat dan obat bius.

Selain itu dia juga menemukan jamur ergot penyebab penyakit yang diduga iblis penyerang para biarawati, membuat pengeras suara dari lempeng kuningan, membuat tank, senjata, juga mampu membuat kapal selam sederhana.

Pada masa sebelum Renaisans ilmu pengetahuan terbatas dan tidak diizinkan tumbuh dan berkembang secara luas.

Namun Da Vinci bekerja keras menemukan berbagai pengetahuan yang akhirnya menjadi dasar penemuan berikutnya dalam bentuk yang lebih modern.

Sketsa pesawat gantole yang dibuat Da Vinci dengan mengamati burung terbang kemudian dikembangkan Wright bersaudara menjadi pesawat yang lebih canggih.

Perpustakaan menawarkan ruang dan pelayanan untuk memahami secara mendalam tentang masalah hidup dalam rentang masa yang tidak terbatas.

Banyaknya wacana yang dapat dipelajari akan mendorong individu menjadi pribadi yang kreatif dan berbudaya.

Remaja akan terdorong memiliki hasrat untuk mengetahui lebih banyak melalui berbagai macam pencarian dan penelitian yang menyenangkan.

Perpustakaan membebaskan pembacanya menggali ilmu pengetahuan yang tidak terbatas.

Ini bisa dijadikan sebagai sarana rekreasi bagi pengunjung perpustakaan melalui berbagai bacaan, pemanfaatan waktu senggang, dan hiburan yang positif.

Baca juga : Ridwan Sururi, Menelusuri “Jalan Sunyi” Bersama Kuda Pustaka

Tinggalkan komentar