Sasana Sumewa, Kompleks Pagelaran Keraton Surakarta

Saat berwisata ke Keraton Surakarta Hadiningrat, satu bangunan pendapa dengan ukuran cukup besar bernama Sasana Sumewa akan menyambut ketika Anda memasuki keraton melalui pintu gerbang utara atau Kori Gladag. Bangunan ini terletak disebelah selatan alun-alun utara, sebuah lapangan luas yang hingga kini digunakan sebagai tempat digelarnya acara-acara seni budaya.

Secara harfiah nama Sasana Sumewa sendiri berasal dari dua kata yakni Sasana yang berarti tempat dan Sumewa nama lain dari seba, ngadhep marang, sowan yang berharti menghadap. (Poerwadarminta, 1939:573)

Pada jaman dahulu tempat memang digunakan untuk para pejabat dan punggawa menghadap raja dalam upacara-upacara resmi keraton. Bangunan ini pada awalnya dibuat hanya menggunakan bambu maka disebut tratag, selain itu juga sering disebut Pagelaran karena pada masa lalu Sasana Sumewa juga dimanfaatkan untuk membentangkan atau mengumumkan berbagai kehendak raja.

Acara 'Garebeg Moeloed ' memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, di Sasana Sumewa (1910-1930)
Acara ‘Garebeg Moeloed ‘ memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, di Sasana Sumewa (1910-1930)

Pada tahun 1913-1914 oleh Pakubuwono X membangun Sasana Sumewa menjadi lebih megah dengan jumlah tiang 48 buah. Jumlah tiang ini sebagai tanda bahwa PB X saat itu berusia 48 tahun. Saat ini Sasana ini sering digunakan sebagai ajang gelar kesenian maupun berbagai acara pameran pembangunan.

Selain bangunan utama Sasana Sumewa, dalam kompleks ini juga terdapat bangunan lain dengan ukuran lebih kecil. Bangunan-bangunan tersebut diantaranya adalah :

Bangsal Pangrawit, terletak di dalam Sasana Sumewa

Bangsal Pangrawit yang terletak di dalam Sasana Sumewa Foto wikipedia.org
Bangsal Pangrawit | Foto : wikipedia.org

Bangsal pangrawit merupakan rumah kecil bekas kapal Jenggala yang dibawa dari Kartasura. Bangsal ini diletakkan didalam Sasana Sumewa, pada jaman dulu dimanfaatkan sebagai singgasana raja saat menyampaikan perintah kepada bawahannya, selain itu juga digunakan saat pelantikan pejabat keraton. Menurut cerita yang beredar, pada bangsal ini ditanam batu bekas raja Majapahit Hayam Wuruk.

Bangsal Pacekotan

Bangsal Pacekotan yang terletak di depan Sasana Sumewa
Bangsal Pacekotan

Nama Bangsal Pacekotan jika ditilik dari Bausastra Jawa berasal dari dua kata, yakni bangsal yang berarti tempat dan Pacekotan dari kata cekot yakni bengkong sarta cacat, ceko, yang berarti tidak lurus. Cekot juga bisa diartikan atik-atikan atau bersiasat. (Poerwadarminta, 1939:629)

Bangsal Pacekotan merupakan bangunan terbuka yang dibuat untuk orang yang akan mendapat anugerah dari raja dan juga bisa digunakan sebagai tempat ngobrol para abdi dalem untuk meluruskan berbagai masalah. Bangsal ini terletak di bagian depan Sasana Sumewa bagian timur, tepat di bagian selatan alun-alun utara. (Baca juga : Alun-Alun Utara, Pintu Masuk Area Keraton Surakarta)

Bangsal Pacikeran

Bangsal Pacikeran terletak di depan Sasana Sumewa sebelah barat
Bangsal Pacikeran

Bangsal Pacikeran merupakan bangunan terbuka yang dibuat sebagai ruang tunggu bagi orang yang akan mendapatkan hukuman oleh pengadilan atau raja. Bangsal ini terletak dibagian depan sisi barat Pagelaran.

Kata Pacikeran sendiri berasal dari kata Ciker atau puter tangane yang berarti tangan yang bengkok (Poerwadarminta, 1939:637).

Meriam Kuno

Meriam Kyai Pancawura di depan Sasana Sumewa
Meriam Kyai Pancawura

Di kompleks Sasana Sumewa terdapat sejumlah meriam diantaranya di beri nama Kyai Pancawura atau Kyai Sapu Jagad. Meriam ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645).

***

Setelah pengunjung melewati Sasana Sumewa selanjutnya bisa melakukan perjalanan ke Sitihinggil Keraton Surakarta Hadiningrat. Kompleks Sitihinggil ini merupakan wilayah dengan kontur tanah lebih tinggi berada tepat di sebelah selatan Sasana Sumewa. (Baca juga : Sitihinggil Keraton, Cerminan Derajat Hidup Tertinggi Manusia)

Baca juga arsitektur lengkap keraton di :Menelisik Arsitektur Keraton Surakarta

Tinggalkan komentar