Contoh Tembang Macapat Gambuh dan Artinya

Tembang macapat Gambuh dalam rangkaian sekar macapat memiliki makna “cocok” atau sepaham. Tembang ini untuk menggambarkan seseorang dikala memasuki masa-masa indah atau masa menikah.

Pernikahan menjadi sebuah tanda persetujuan (sarujuk) atas dua keluarga, sebagai obat (gambuh) atas panasnya kobaran api cinta yang digambarkan dalam tembang macapat Asmarandana.

Watak dari tembang ini diantaranya adalah Sumanak (ramah terhadap siapapun), sumadulur (persaudaraan yang erat), Mulang (mengajarkan), dan Pitutur (nasehat).

Tembang macapat Gambuh menjadi salah satu tembang yang berisi tentang berbagai ajaran kepada generasi muda, khususnya mengenai bagaimana menjalin hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya.

Beberapa kalangan ada yang memaknai kata Gambuh sebagai sebuah kecocokan, sepaham dan sikap bijaksana.

Sikap bijaksana berarti dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai porsinya, dan mampu bersikap adil.

Nasihat-nasihat mengenai pentingnya membangun rasa persaudaraan, toleransi dan kebersamaan sebagai makhluk sosial banyak tergambar dari tembang-tembang macapat Gambuh.

Sebagai salah satu tembang yang memuat berbagai nasihat, tembang macapat ini biasanya digunakan oleh para orang tua untuk menasihati anak-anaknya atau para generasi muda. Adapun nasihat yang disampaikan berkisar tentang bagaimana membangun kehidupan antar sesama.

Ciri dari tembang ini adalah :

  1. Memiliki Guru Gatra : 5 baris setiap bait
  2. Memiliki Guru Wilangan : 7, 10, 12, 8 , 8(artinya baris pertama terdiri dari 7 suku kata, baris kedua berisi 10 suku kata, dan seterusnya…)
  3. Memiliki Guru Lagu : u, u, i, u, o (artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua berakhir vokal u, dst..)

Contoh nada tembang macapat gambuh:

nada macapat gambuhSetelah tembang macapat Gambuh, tembang selanjutnya adalah macapat Dandanggula yang berarti indahnya menikmati manisnya kehidupan.

Contoh Tembang Macapat Gambuh

Tembang macapat gambuh salah satunya juga terdapat dalam Serat Wulangreh pupuh III karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV, Raja Surakarta.

Sekar gambuh ping catur,
(Tembang gambuh keempat)
Kang cinatur polah kang kalantur,
(Yang dibicarakan tentang perilaku yang kebablasan)
Tanpa tutur katula-tula katali,
(Tanpa nasihat terjerat penderitaan)
Kadaluwarsa kapatuh,
(Terlanjur menjadi kebiasaan)
Kapatuh pan dadi awon.
(Kebiasaan bisa berakibat buruk)

———————————-

Aja nganti kabanjur,
(Jangan sampai terlanjur)
Barang polah ingkang nora jujur,
(Bertingkah polah yang tidak jujur)
Yen kebanjur sayekti kojur tan becik,
(Jika telanjur tentu akan celaka dan tidak baik)
Becik ngupayaa iku,
(Lebih baik berusahalah)
Pitutur ingkang sayektos.
([menngikuti] ajaran yang sejati)

—————————————

Tutur bener puniku,
(Ucapan yang benar itu)
Sayektine apantes tiniru,
(Sejatnya pantas untuk diikuti)
Nadyan metu saking wong sudra papeki,
(Meskipun keluar dari orang yang rendah derajatnya)
Lamun becik nggone muruk,
(Jika baik dalam mengajarkan)
Iku pantes sira anggo.
(Itu pantas kau pakai)

————————————–

Ana pocapanipun,
(Ada sebuah ungkapan)
Adiguna adigang adigung,
(Adiguna, adigang, adigung)
Pan adigang kidang adigung pan esthi,
(Seperti Adigang-nya kijang, adigung-nya gajah)
Adiguna ula iku,
(Adiguna-nya ular)
Telu pisan mati sampyoh.
(Ketiganya mati bersama dengan sia-sia)

——————————

Si kidang ambegipun,
(Si kijang memiliki watak)
Angandelaken kebat lumpatipun,
(Menyombongkan kecepatannya melompat/berlari)
Pan si gajah angandelken gung ainggil
(Si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi besar)
Ula ngandelaken iku,
(Ular menyombongkan)
Mandine kalamun nyakot.
(Keampuhannya dengan menggigit)

———————————

Iku upamanipun,
(Itu sebuah perumpamaan)
Aja ngandelaken sira iku,
(Jangan menyombongkan diri)
Suteng nata iya sapa kumawani,
(Seorang raja siapa yang berani)
Iku ambeke wong digang,
(Itu perilaku yang adigang)
Ing wasana dadi asor.
(Yang akhirnya bisa merendahkan)

—————————–

Adiguna puniku,
(Watak adiguna adalah)
Ngandelaken kapinteranipun,
(Menyombongakan kepandaiannya)
Samubarang kabisan dipundheweki,
(Seolah semua bisa dilakukan sendiri)
Sapa bisa kaya ingsun,
(Siapa yang bisa seperti aku)
Togging prana nora enjoh.
(ujung-ujungnya tak bisa apa-apa)

——————————-

Ambek adigung iku,
(Watak orang adigung adalah)
Angungasaken ing kasuranipun,
(Menyombongkan keperkasaannya)
Para tantang candhala anyenyampahi,
(Semua ditantang berkelahi dan disepelekan)
Tinemenan nora pecus,
(Jika benar dihadapi, ia tak berdaya)
Satemah dadi geguyon.
(Akhirnya hanya jadi bahan tertawaan)

—————————–

Ing wong urip puniku
(Dalam kehidupan manusia)
Aja nganggo ambek kang tetelu,
(Jangan sampai memiliki watak ketiga tadi)
Anganggowa rereh ririh ngati-ati,
(Milikilah sifat sabar, cermat, dan berhati-hati)
Den kawangwang barang laku,
(Selalu introspeksi pada tingkah laku)
Kang waskitha solahing wong.
(Pandailah membaca perilaku orang lain)

22 pemikiran pada “Contoh Tembang Macapat Gambuh dan Artinya”

  1. entah ini prestasi atau sebuah ironi karena orang orang barat justru banyak belajar tembang jawa sedangkan yang lokal semakin sedikit yang belajar.. 🙁

Tinggalkan komentar