Bibit, Bebet, Bobot, Pertimbangan Memilih Menantu

oleh
bibit bebet bobot menantu

Dalam memilih calon menantu orang jawa biasanya memiliki pandangan, pertimbangan dan kriteria tertentu yang sering disebut Bibit, Bebet, Bobot. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan yang terbaik dalam mempersiapkan anaknya dalam mengarungi perjalanan hidup berumah tangga dan berketurunan.

Bagi orang Jawa, pasangan yang harmonis dalam berumah tangga tidak serta-merta bisa datang begitu saja. Keharmonisan bisa diciptakan dan dibentuk dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan memilih pasangan hidup secara tepat. Bibit, bebet, bobot menjadi satu usaha untuk memfilter berbagai kemungkinan yang buruk dalam memilih calon menantu. Ada banyak pilihan di dunia ini, setiap orang memiliki hak untuk memilih dan menentukan hidupnya, termasuk memilih calon anggota keluarga.

Bibit

Dalam bahasa jawa bisa diartikan sebagai benih atau asal-usul keturunan. Dalam memilih calon menantu biasanya orang tua akan melihat latar belakang keluarga orang yang dipilihnya, siapa orang tuanya, apa profesinya, dan bagaimana perilakunya di masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, orang tua akan merasa lebih bangga jika anaknya dapat dipersunting oleh keluarga yang baik-baik, terhormat, dan “orang penting” di daerahnya. Meski hal ini bukan ukuran yang mutlak namun masih banyak dilakukan oleh para orang tua hingga kini.

Bebet

Dapat dimaknai sebagai status ekonomi seseorang. Status ini manjadi salah satu pertimbangan para orang tua karena dalam kehidupan rumah tangga ekonomi menjadi kebutuhan dasar manusia. Dengan status ekonomi yang mapan biasanya anak yang akan dinikahkan juga akan senang dan orang tua menjadi tenang.

Bobot

Secara harfiah berarti “berat” dan dapat dimaknai sebagai tinggi-rendahnya kualitas diri seseorang. Kualitas disini terkait erat dengan kualitas lahir-batin seseorang yang akan dijadikan sebagai pendamping hidup putra-putrinya. Dengan kriteria ini, biasanya orang tua akan melihat kualitas fisik seseorang (Jangkeping Warni), kualitas keimanan dan hati yang baik (Rahayu ing Mana), sopan santun dalam berperilku (mengerti tata krama) dan memiliki kecakapan hidup (wasis).

Menentukan pilihan berdasarkan bibit, bebet, bobot seseorang memang bukan perkara yang mudah. Jika seseorang anak sudah “mabuk cinta” terhadap pasangannya, biasanya ukuran-ukuran tersebut bisa lenyap begitu saja. Maka tak heran jika karena pertimbangan-pertimbangan tersebut banyak sekali terjadi konflik antara anak dan orang tua karena berbeda pandangan terhadap sebuah pernikahan. Meski demikian Pertimbangan ini dilakukan orang tua biasanya bertujuan agar anak yang dinikahan akan mampu hidup dengan bahagia dan sejahtera karena dapat menghadapi berbagai permasalahan hidup dengan baik dalam berumah tangga.

//dari berbagai sumber

Baca Juga : Asok Tukon Dalam Tradisi Pengantin Jawa

Tentang Penulis: Joko Narimo

Gambar Gravatar
Blogger kambuhan yang juga aktif mengelola perpustakaan Tumpi Readhouse, pernah sekolah seni dan desain, kadang menjadi pegiat fotografi dan film komunitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.